Selasa, 02 Desember 2014

antara senja,fajar dan pelangi

Antara senja,fajar dan pelangi


Sedikit mengenang tentang kita, tentang aku kamu dan dia.

Hari itu, dia tak seceria biasanya, senyum manis nya seketika hilang dan aku tau itu. Menceritakan semua isi hatinya dengan menahan air mata yang perlahan mulai menetes dipipinya. Aku kesal, rasanya ingin aku melabrak orang yang telah menyakitinya, namun aku bisa berbuat apa, aku hanya bisa mendengarkan curhatannya saja tanpa bisa berbuat apa-apa.

Senja yang dia tunggu-tunggukan telah pergi dan tak lagi datang, aku tau dalam hatinya dia menangis terlihat dari mata nya yang berkaca-kaca. Seperti sebuah penantian bodoh dia hanya menunggu senja yang sudah pasti tak akan pernah datang lagi.

Disudut kota jogja dititipkan sebuah doa tentang sebuah harapan.

Itu bodoh! Dan itu bodoh menurutku.

Menunggu sesuatu yang  tak akan mungkin pernah bisa kembali, ingin rasanya aku berdiri didepan dia dan dengan keras memukulinya agar dia sadar bahwa apa yang dia lakukan itu hanya sia-sia.

Aku ingin dia yang dulu, dia yang selalu tersenyum saat bercerita pada ku, dia yang selalu menggambarkan keceriaan saat tetesan pena itu mewarnai tubuhku.

Kemana itu semua ? aku harus bertanya pada siapa ? aku benci dia yang sekarang, aku geram, dan andai  dia bisa paham akan yang ada dibenak ku saat ini. Aku ingin dia yang dulu. Aaaarrrggghhh sepertinya itu percuma dia telah telanjur terpikat pada senja yang datang hanya untuk pergi lagi.

Sudahlah, saat ini tak ada lagi yang bisaku perbuat, hanya bisa mendengarkan curhatan dan tangisan dari dirinya.

Berlalu dengan tanpa perubahan sedikitpun senjak kepergian senja, aku pun tak bisa lagi merasakan senyum manis dan keceriaan dalam hidupnya.  Menyesal mengapa tak dari awal aku melarang dia untuk bertemu sang senja yang membuat masalah.

Aku merindukan dia yang dulu! Tubuh ku terasa sakit dan perih menerima tetesan pena yang penuh kesedihan ini.

Senja memang tak datang, namun fajar datang untuk mengobati hati yang penuh kesedihan. Fajar seakan sang dewa yang dikirimkan tuhan untuknya.

Perlahan senyum manis nya kembali hadir walaupun tak semanis dulu, keceriaannyapun mulai tumbuh meskipun tak seceria dulu, aku merasakan perubahan itu.

Namun itu tak berlangsung lama, seketika senyum manis dan keceriaan yang mulai tumbuh itu menghilang.

Betapa terkejutnya melihat senja datang kembali namun dengan pelangi yang lebih menarik, dan ternyata apa yang kupikirkan selama ini memang benar adanya, bahwa senja tak sebaik yang dia kira, dan pada akhirnya kesetiaan menunggu,harapan yang didoakan itu menjadi sia-sia.

Dia kembali lagi dengan dia yang penuh kesedihan yang membuatku kesal,geram. Tuhan buatlah ia tersenyum kembali dan hadirkan keceriaannya walaupun bukan bersama senja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar