Senja
tak lagi kembali
Pada
akhirnya genggaman itu terlepas juga. Tatapan mata itu tak seperti biasanya, dan
pelukan itu menjadi pelukan terakhir. Ketakutan ku. Apa yang sedang terjadi?,
apa yang sebenarnya dia rencanakan? Mengapa ini seperti nyata, aku ingin segera
bangun dari mimpi buruk ini.
Tubuh
ini terasa kaku. Namun langkah kaki tak ingin berhenti, seperti akan terjadi
sesuatu. Perlahan tangan ini mulai untuk membuka pintu kamar pria masa depan. Terhenti untuk
sesaat, bisikan untuk tidak melakukannya, namun harus aku lakukan. Jika tidak,
aku tidak akan pernah tau apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya yang
pria masa depanku itu rencanakan?, apa yang dia sembunyikan?. Tak ada lagi yang
bisa menahan rasa penasaran ku ini, dan pintu itu terbuka. Aku hanya terdiam,
dan tak mampu untuk berkata apa lagi. Tubuh ku terasa tertancap ribuan pisau,
dan terhempas di padang krikil yang tajam. Dada ini terasa sesak, aku ingin
segera pergi, berlari sekencang-kencangnya hingga hilang ditelan bumi.
Tepat
didepan mata, dia pria masa depan ku, telah menghancurkan seluruh mimpi dan
harapan utnuk bahagia bersama. pengkhianatan yang menyakitkan, terjadi didepan
mata. Sakit, terasa sangat-sangat sakit, hingga aku merasa tak kuat melihatnya.
Pisau-pisau yang begitu tajam menancap begitu dalam. Luka yang dalam telah
tercipta, luka yang akan sulit disembuhkan, luka yang datang dengan begitu
tiba-tiba.
Menyakitkan
sekali. pria masa depan, menghadiah kan ku dengan pengkhianatan yang sangat
sulit untuk aku bayangkan. Betapa teganya dia, menghancurkan segala impian
indah untuk bersama, sungguh tak dapat lagi aku berfikir jernih. Apa yang telah
terjadi, membuat ku takut, aku takut, sangat takut. Hingga tak dapat aku
percaya, dia yang sebegitunya mencintai ku hingga tega berkhianat.
Apaa
benar cinta itu menyakitkan? Bila itu yang terjadi, akan ku tinggalkan cinta
lalu pergi. Tak pernah kurasakan cinta yang indah sebelumnya, dirimu memberi
kan nya. Dan tak pernah aku rasa kan kesakitan teramat sakit, dan kamu
menunjukannya pada ku. setan mulai memperdaya diriku, segala macam upaya untuk
berbuat yang tidak-tidak seperti menguncang isi kepala. Aku mencoba untuk
menenangkan diri, menghindari hal yang burukiakan terjadi.
Aku
benci pria masa depan ku namun aku masih mencintainya.
Aku
pernah merasakan betapa indah nya cinta. aku pernah sangat mempercayai cinta
itu, hingga akhirnya kepercayaan itu terkhianati. Sakit,sangat-sangat sakit,
dada ini terasa sulit untuk bernafas, tubuh ku terhempas dipasang krikil yang
tajam. Kecewa? Aku sangat-sangat kecewa, dan kini tak ada lagi kepercayaan
untuk cinta itu, dan tak ada lagi untuk cinta, tak ada lagi. –ish-
Kita
bertemu secara yang tidak kita sengaja dan kita berpisah karna ketidak
sengajaan juga, pengkhianatan yang tidak dirimu ingin aku ketahui. Dirimu
seperti bom atom bagi ku, menghancurkan seluruh isi hati dan jiwa ku. jahat!
Kamu sangat-sangat jahat!.
***
Aku
mulai kembali menjalani kehidupan seperti biasanya, mulai membiasakan diri
tanpa dia (yang sekarang bukan lagi menjadi pria masa depan ku). namun sangat
sulit untuk memulai, rasa rindu akan kenangan yang tercipta bersama dia,
membuat terasa sangat berat untuk aku jalani. Rasa benci bercampur amarah,
malah semakin menyiksa batin ini. aiisshh, ini benar-benar sangat menyiksa ku.
Menetes
air mata itu, sekuat tenaga untuk bertahan, namun akhirnya aku kalah, lagi-lagi
aku kalah. Rindu ini terasa berat, bersama kenangan yang tak bisa terlupakan.
Apa kabar kamu? Bahagiakah kamu sekarang? Dan jika kamu bertanya dengan
pertanyaan yang sama pada ku, jawaban ku adalah “ aku merindu” “aku membutuhkan
dirimu”.-ish-
Terasa
sepi hati ini, tanpa kehadiran mu pria masa depan.
Telah
banyak ku habiskan pena, hanya untuk menuliskan bahwa aku sangat merindukan mu,
terlepas dari pengkhiantan yang diri mu lakukan. Buku agenda kecil ini menjadi
saksi, betapa bosannya dia dengan coretan-coretan segala tentang mu, merindukan
dirimu. Aku hanya bisa mengadu pada nya, sebab semua sahabat telah bosan dengan
curhatan tentang dirimu, kamu yang dengan jelas telah mengkhianati diriku. Kata
“bodoh” telah menjadi hal biasa sekarang bagi diriku, aku selalu menunggu
dirimu kembali, seberapa keras aku mencoba untuk melupakan dirimu, aku tidak
bisa! Kamu orang yang pertama kali bisa memahami ku. orang-orang yang hanya
mengerti ku tapi tidak untuk memahami diriku, dan itu Cuma kamu, kamu orang
nya.
Cinta
pertama ku, dan ciuman pertama ku.
Aku
takut untuk memulai kembali, aku takut terluka kembali,aku takut pengkhianatan
itu kembali lagi. Kamu, kenapa kamu tega melakukan itu pada ku? kenapaaaaa???
Setelah kebagian yang kamu ciptakan, kenyamanan yang kamu berikan, kamu
hantarkan pada ku, pengkhianatan yang dengan jelas-jelas aku saksikan dengan
mata kepala ku sendiri. Betapa jahat nya dirimu, tapi mengapa aku tak bisa
melupakan dirimu.
Sebegitu
berartinya dirimu, hingga aku kehilangan semangat, aku tak bisa merasakan rasa
cinta itu lagi. Hati ku telah terkunci dan aku kehilangan kunci itu. Kekecewa
yang sangat mendalam, menempati diri ku ini, aku takut, aku sangat takut.
Bagaimana
cara aku untuk mengakhiri ini semua? Sedangkan aku tau senja yang aku tunggu
tak akan lagi kembali. Aku mencoba meyakinkan diriku, bahwa engkau bukan lah
milik diriku lagi, engkau hanya masa lalu ku. dan itu percuma saja, aku semakin
merindukan dirimu.
Tahun
telah berganti dan kamu masih saja menghatui pikiran ini. aku ingin membenci
dirimu, tapi aku tak bisa. Telah habis air mata , dan hati ini telah penuh
dengan debu, terbiarkan dengan ke kosongan tanpa penghuni. Pengap, sepi dan
penuh dengan debu, diriku terasa sangat menyedihkan. Luka yang kamu ciptakan
begitu hebat, dan aku hancur karna dirimu.
Hati
lain menyapa “ ku dengar kau sedang mengalami depresi hati? ya aku pun tak jauh
beda, masih berjalan sendiri tanpa ada sang pemilik hati. aku ada dua gelas
kopi, mari nikmati bersama sembari bercakap-cakap membuang gengsi
masing-masing. Jika kau sudah mulai nyaman, ayo kuajak jalan-jalan sambil
menyanyikan lagu kemesraan.-mds-
Namun
hati ini masih saja menutup diri, dan masih bepegang teguh dengan “saya kecewa,
sangat-sangat kecewa” –ish- . sampai kapan aku harus terus-menerus seperti ini,
dengan bodohnya menunggu dia yang telah mengkhianati dan masih mencintai nya.
Apa yang harus aku lakukan, agar aku bisa melupakan segala tentang dirinya, dan
membuka kembali pintu hati yang telah lama terkunci ini.
Aku
hanya belum siap untuk terluka kembali, sebab luka yang diriku alami ini
seperti membunuhku. Move on itu bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan,
banyak proses yang harus dilakukan. Dan prose situ sangat lah menyakitkan.
Untuk
kalian, apakah kalian tau bagaimana rasanya ditinggalkan dan dikhianati saat
sedang merasakan sayang-sayang nya? Percayalah itu sangat menyakitkan,diri ku
mengalami itu.
Lagi
dan lagi aku kalah, aku tak bisa bertahanan. Aku tersiksa dengan keadaan yang
seperti ini, haruskah aku kembali menyerah? Membiarkan rasa rindu ini menyiksa
diri ini, dan membiarkan hati ini tetap kosong tanpa penghuni.
***
Aku berupaya untuk
tidak mengingat dia lagi, aku tidak akan memaksa hati dan pikiran itu untuk
melupkan, namun aku akan mengalir seperti air mengikuti alurnya. Dan hingga
nanti dirinya dan kenangan akan hilang dengan perlahan. Mungkin akan membutuhkan
waktu yang lama dan batin yang kuat untuk tidak gagal dalam pertahanan.
Dan mulai sekarang aku
mencoba mensugestikan diri, bahwa tidak semua cinta itu menyakitkan, dan aku
harus bangkit agar tidak hidup seperti kehidupan yang menyedihkan seperti diriku
sekarang ini. Mungkin sekarang pria masa depan ku dulu telah benar-benar
menemukan kebahagiaanya hingga dirinya tak berniat untuk kembali lagi padaku.
Seberapa keras aku berusaha untuk dia kembali dan mencoba untuk memaafkan
kesalah besar dirinya, tetap saja takdir allah yang menentukannya. Dirimu
memang cinta pertama ku, orang yang dapat memahami ku, orang yang memberi
kebahagia dan kenyaman, orang yang menjaga ku dengan seepenuh hati, yang
memberi semangat lebih untuk bangkit disaat aku terjatuh, dan diriku mungkin
tidak bisa memberi itu semua untuk mu. Dirimu mungkin akan lebih bahagia dengan
yang lain.
Penyesalan terbesar,
melepaskan genggaman itu,menyia-nyiakan pelukan itu. Ego yang dulu menjadi
pedoman,membuat aku kehilangan dia. Apa kabar kamu yang pernah aku harapkan
untuk menjadi masa depan ku. –ish-
Aku pun juga menyadari
sesuatu, apa yang telah terjadi bukan lah semua kesalahan dirimu, namun juga
kesalahan ku. aku yang menyia-nyiakan genggaman mu, yang mementingkan ego ku
dari pada nasehat mu. Aku yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain dan
selalu ingin menang sendiri. Sekarang aku paham, kamu tidak pernah melakukan
pengkhianatan tapi aku yang menyia-nyiakan kesempatan. Semua bermula dari ke
egoisan diri ku, dan aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus benar-benar
melepaskan dirimu. Rindu ini adalah petunjuk dari sebuah penyesalan.
Senja ku memang tak
lagi kembali namun diriku berharap nanti nya aku bisa menemukan sang fajar,yang
menyayangiku seperti dirimu menyayangi diriku. Mungkin tidak sama, namun
setidaknya memberi kebahagiaan,kenyaman,dan menjaga dengan versinya sendiri.
Akan aku pastikan untuk tidak menyia-nyiakan nya lagi. Perlahan aku melepaskan
dirimu pria masa depan ku, aku pun akam mencoba untuk bangkit lagi, menacari
kebahagian yang mungkin bukan berasal dari diri mu. Bahagialah dan aku disini
akan mencoba untuk memulai semua kembali.
“ketika hati itu
ditakdirkan untuk tidak kau miliki jangan lah memaksa, sebab itu akan menjadi
pertanda buruk untuk sebuah hubungan”-ish-
“kopi itu tak se enak
biasanya terlalu pahit dan juga dingin, coba lah untuk menambahkan sedikit gula
agar terasa lebih nikmat, dan sajikan selagi masih panas bila terlanjur dingin,
bisa kah kau membuatkan yang baru untuk ku?” –ish-
-Sekian-
Hasil
tak pernah mengkhianati proses nya.
Cerpen ini terinspirasi
dari sahabat ku dan sedikit ku tambahkan kisah percintaan ku, ini bukanlah
cerpen yang pertama, namun yang ke sekian-sekian dan aku sangat berterima kasih
untuk yang telah meluangkan waktunya untuk mebaca dan terima kasih untuk
sahabat-sahabat yang selalu menemani hari-hari ku : Yolly Setiawan, Hanyfa Ayu
Diningrum, Nia Maulidhina, FemaErs, Meta Dwikrisna, Nadya Hardiyanti, Adi Rillo
Pamungkas J